Geliat Reboisasi Dispar dan Pemdes Pedawa Buleleng Bali (Foto: Istimewa) |
Kabarbuleleng.com -- Pohon aren memiliki banyak potensi di Bali, baik dari segi ekonomi, lingkungan, maupun kearifan budaya di BUleleng yang dikenal dengan nama Den Bukit karena berada di Sebelah Utara Bali Selatan sebagai salah satu Pusat destinasi wisata Dunia.
Wilayah Baliaga seperti Pedawa juga melakukan budidaya yang sama. Bahkan sudah menggerakkan keterlibatan UMKM.
Potensi dan Usaha Desa yang paling menonjol sekaligus menjadi ikon Desa Pedawa adalah Gula Aren. Gula arena tau disebut juga Gula Pedawa sudah sangat terkenal sebagai salah satu gula aren dengan kualitas yang sangat baik. Diproses secara tradisional mulai dari proses penyadapan hingga pengolahan semua dilakukan secara manual dan tradisional, dengan tingkat kesabaran dan ketelitian yang sangat tinggi. Selain itu, dalam proses pembuatannya pun melibatkan keterpaduan unsur skill tingkat tinggi dan spiritualitas yang wajib dikuasai setiap petani aren di Pedawa.
Petani aren di pedawa disebut dengan istilah pengiris. Para pengiris ini dalam melaksanakan tugasnya menyadap aren tidak boleh diganggu dengan mengajaknya bicara, bergunjing, dan semacamnya. Ini dimaksudkan agar konsentrasinya tidak terganggu, terlebih menurut kepercayaan masyarakat Pedawa, pengiris dan pohon aren harus menyatu jiwanya. Jika melanggar pantangan tersebut pohon aren bisa tidak mau lagi mengeluarkan air niranya. Para pengiris umumnya memulai kegiatan penyadapan aren pada pukul 06.00 Wita dan 14.00 Wita.
Proses pengolahan nira menjadi gula dilakukan sesegera mungkin setelah nira atau tuak yang disadap telah diturunkan dari pohonnya. Pengolahannya pun dilakukan secara tradisional dengan menggunakan tungku api dan kayu bakar. Proses ini berlangsung selama berjam-jam untuk menghasilkan kualitas gula terbaik dengan rasa yang manis lezat dan nyangluh.
Selain menghasilkan gula dalam bentuk klasik dan original, inovasi-inovasi pengemasan produk juga telah diupayakan oleh para petani Desa Pedawa yang terhimpun dalam Kelompok Petani Bima Dewa. Beberapa produk Gula Pedawa yang dihasilkan, baik secara original maupun kemasan inovatif.
Disi lain BUdidaya Gua ren juga dikembangandi wiayah Sidetapa Saat Anda menyaksikan nira mendidih dalam wajan besar, Anda akan diajak untuk ikut serta, mengaduk cairan yang mulai mengental dan merasakan keajaiban pembuatan gula secara langsung.
Dengan cetakan dan peralatan yang disediakan, Anda akan membuat gula aren berbentuk kubus, dipandu oleh tangan-tangan terampil para perajin. Setiap potongan gula yang Anda buat bukan hanya sekadar permen manis, tetapi juga sepotong warisan budaya Sidetapa.
Setelah sesi menganyam yang menyenangkan, Anda akan kembali ke Bamboo Corner untuk menikmati makan siang yang lezat dengan menu khas di Warung Sidetapa. Perjalanan ini bukan hanya meninggalkan kesan mendalam tetapi juga memperkaya pemahaman Anda tentang budaya dan tradisi Bali
Gula aren, Gula aren merupakan produk yang dihasilkan dari pohon aren dan memiliki peran penting dalam ritual agama di Bali. Di Desa Sidetapa, gula aren diolah menjadi pemanis kopi dan permen. Di Desa Pedawa, gula aren diolah menjadi permen dan cokelat batangan.
Pelestarian pohon aren, Pohon aren perlu dilestarikan karena memiliki nilai ekonomi, ekologis, dan makna kearifan budaya. Eduwisata, Produksi gula aren di Desa Sidetapa telah dikemas menjadi paket eduwisata.
Selain gula aren, pohon aren juga dapat menghasilkan produk lain seperti ijuk, kolang-kaling, dan tepung aren. Ijuk dapat digunakan sebagai bahan baku peralatan rumah tangga, sedangkan tepung aren dapat digunakan sebagai bahan baku sabun, mie, dan dawet.
Pohon aren dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan, lembah-lembah, dan dekat aliran sungai. Pohon aren juga dilindungi oleh undang-undang.
Produksi gula aren telah menjadi tradisi di Desa Sidetapa selama beberapa dekade, dipertahankan oleh keluarga Kakek Kinang yang akrab dipanggil "Kaki". Kaki Kinang bersama istrinya, Dadong Suci, mengolah nira dari pohon aren menjadi gula merah.
Di Sidetapa, gula aren biasa digunakan sebagai pemanis kopi dan juga dinikmati langsung sebagai permen karena rasanya yang lezat. Di Desa Pedawa, tetangga Sidetapa, gula aren diolah menjadi berbagai panganan manis seperti permen dan cokelat batangan. Menyadari potensi gula aren ini, produksi tradisional ini telah dikemas menjadi paket eduwisata.
Paket Eduwisata, Tourist Information Center (TIC): Perjalanan dimulai di TIC Bamboo Corner, di mana wisatawan disambut dengan sarapan lokal yang disiapkan oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis My Darling) di Warung Sidetapa.
Perjalanan ke Lokasi Pembuatan Gula Aren: Setelah sarapan, wisatawan dipandu menuju tempat pembuatan gula aren. Pemandu wisata berkoordinasi dengan perajin gula untuk memastikan kunjungan sesuai dengan jadwal pembuatan gula, karena proses pengolahan nira menjadi gula tergantung pada jumlah nira yang dikumpulkan.
Wisatawan akan melihat proses pemasakan nira dalam wajan besar, diberi kesempatan untuk mengaduk nira yang mulai mengental, membuat gula aren berbentuk kubus menggunakan cetakan dan peralatan yang disediakan, serta membuka cetakan dan menaruh hasilnya ke dalam tempat yang telah disiapkan. Wisatawan berhak membawa pulang gula aren kubus yang mereka buat sebagai cinderamata.
Kembali ke Bamboo Corner untuk Makan Siang: Setelah kegiatan eduwisata, wisatawan kembali ke Bamboo Corner untuk makan siang dengan menu khas yang tersedia di Warung Sidetapa.
Bayangkan Anda memasuki sebuah desa di mana waktu seolah berhenti, dan tradisi dijaga dengan penuh cinta. Di Desa Sidetapa, Anda akan menemukan pengalaman yang tak terlupakan di lokasi pembuatan gula aren, di mana aroma manis dari nira yang mendidih memenuhi udara, dan senyum hangat para perajin menyambut Anda ke dunia mereka.
Perjalanan Anda dimulai dengan sarapan lokal yang lezat di Warung Sidetapa, yang mengatur suasana untuk hari penuh penemuan dan pembelajaran. Dari sana, Anda akan dipandu ke jantung desa, di mana Kakek Kinang dan istrinya, Dadong Suci, telah mengolah gula aren selama beberapa dekade. Mereka akan berbagi rahasia mengubah nira dari pohon aren menjadi gula merah yang lezat, yang telah menjadi andalan di komunitas mereka selama beberapa generasi..***
Pewarta: Jungisme